Senin, 19 April 2010

Senin, 02 November 2009

...Meine Hoftnung...

Qu hanya bisa b'harap agar Qu tag merasa asing di tempat eank bersuasana tag bersahabad...
karna Qu hanya bisa bahagia di tempat yang Qu anggap nyaman dan menyenangkand...

Qu hanya bisa b'harap aku tag sendiriand...
Qu berharap adda temand di sampingQu agarQu dapat tertawa bsamaNya..

Qu berharap aku bisa menjalani tanggung jawabQ tidak dengan tangisand dan keluhand..
Qu berharap aku bisa menjalani idtu dengan senyumand dan rasa syukur yang sangad besar..

Qu hanya bisa b'harap semua saat ini aku jalani dengan kebahagiaan..
setiap pagi hingga siang Qu mrsa aku sendiri dan ingin lenyap dalam waktu idtu...
tapi stiap siang hingga subuh Qu Bersyukur mempunyai mama , papa , n keluarga yang bisa membuatQ bahagia dan Qu tag ingin pagi datang...

..Ya Allah terimakasih telah memberiku kebahagiaan diantara rasa kesedihan dan ketakutanQu..

Terima kasih terbesarQ ,Qu brikand kepada mama , papa ,mimi , nabhun, mas yoga , dan dani karena mereka aku bisa merasa bahagia ... love u all..

..ich bin so viele mude und ich bin mochtes hab fruend..

Kamis, 23 Juli 2009

Cerita Perjalanan Indonesia-Jerman pp (sendiri)

Hallo mein Name ist Rosyida Annissa Nur Raudhah, ich komme aus Malang, Indonesien. Begitulah cara memperkenalkan diri dan darimana kita berasal dalam bahasa Jerman.

Kali ini aku akan bercerita tentang petualanganku pergi ke Eropa sendirian. Tapi jangan dikira aku punya uang banyak jadi bisa jalan jalan ke Eropa. Ini semua karena undangan dan bantuan dari mertua kakakku Vania yang tinggal di Jerman sejak Desember 2006. Kakakku menikah dengan Muhammad Marc Köberlein sejak 17 Januari 2006.

Pertama2 yg harus dilakukan sebelum bepergian jauh adalah menentukan waktu. Masalah pertama muncul karena aku belum tau kapan liburan sekolah. Kakakku tidak sabar bertanya terus setiap minggu, karena penting sekali untuk mengurus visa. Akhirnya akupun tahu kapan liburnya, maka rencana awal berangkat setelah selesai ujian akhir, yaitu sekitar tanggal 18 Juni 2008 sampai 12 Juli 2008. Ternyata tidak bisa karena ada rencana study tour tgl 25 Juni. Jadinya renana dirubah tgl 26 Juni sampai 12 Juli 2008.

Setelah itu aku siapkan dokumen-dokumen yang diperlukan, yaitu: paspor, surat undangan dari Jerman, jadwal penerbangan (didapat setelah booking tiket pesawat), formulir pengajuan visa dan uang administrasi Visa. Semuanya diserahkan ke Konsulat Jerman di Jl. Dr. Wahidin 29 Surabaya.
Oh ya tak lupa aku manfaatkan waktu luang dengan les privat bahasa Jerman, yang mengajar adalah teman kuliah kakakku dulu di Universitas Negeri Malang yaitu mbak Rini.

Ternyata muncul satu masalah lagi yaitu saat kami di Reisebüro (travel agent)mencari tiket, semua full booked alias penuh untuk penerbangan dari Frankfurt ke Surabaya pada tanggal 12 Juli dengan maskapai Malaysia Airlines, jadinya yang kosong adalah tanggal 16 Juli 2008. Ya sudah berarti aku pulang lebih lambat daripada jadwal sebelumnya.

Setelah semua beres, kami serahkan semuanya ke konsulat Jerman. Papa dan mama harus menanda tangani pernyataan setuju bahwa aku pergi ke Jerman di depan bapak Konsul karena aku masih di bawah umur. Lama pembuatan visa turis adalah sekitar 3 minggu. Ich habe ein bisschen Angst vor, aku agak takut juga sih karena katanya visa baru jadi tanggal 23 Juni, yaitu 3 hari sebelum keberangkatanku.

Alhamdulillah semuanya lancar, visa jadi tepat waktu dan aku bisa packing dibantu orang tuaku. Kakakku banyak pesan barang, maklum tinggal di rantau jadi banyak kangen dan butuh barang-barang dari Indonesia seperti keripik paru, rokok Dji Sam Soe untuk Marc dan berbagai macam bumbu. Tak lupa mbak Ti memasakkan semur lidah pedas kesukaan Vania.

26 Juni pagi hari kami berangkat dari Malang. Kakakku terus memantau, dia menelepon dan SMS apakah semuanya lancar dan tidak ada yang kelupaan. Kebetulan kakakku punya teman di bandara Juanda yang sudah seperti saudara, yaitu mami Ros. Beliau baik sekali dan membantu proses check in dan mengantarkanku ke pesawat. Karena aku masih berumur 13 tahun maka orang tuaku mengisi formulir "Young Passenger Travelling Alone". Aku dititipkan ke pramugari dan semua pegawai bandara dimana nanti aku transit dan mendarat. Aku jadi penumpang "priority" alias diutamakan. Bagasiku pun ada stiker seperti itu. Aku sungguh nervous tapi semua berpesan harus percaya diri dan jangan lupa berdoa. Ini penerbangan pertama ku ke luar negeri dan sendirian lagi!

Penerbangan dari Surabaya ke Kuala Lumpur memakan waktu sekitar 2 jam 30 menit. Pesawat mendarat dan aku pun penumpang pertama yang keluar dari pesawat, tak sempat pamitan dengan pak Dokter kenalan mamaku yang juga sama-sama terbang.

Setelah keluar pesawat aku dikawal oleh pegawai KLIA (Kuala Lumpur International Airport) kemudian seorang bapak yang baik menyapaku. Dia bernama pak Lanz sahabat kakakku yang dikenal dari dunia maya (www.capkaki3.multiply.com). Lucu sekali kakakku kenal dengan Pak Lanz dan tidak pernah bertemu namun mereka bertukar pesan melalui internet dan Vania mengabarkan kedatanganku dan saat itu pula Pak Lanz sedang shift sore. Jadinya aku menunggu selama 9 jam di KLIA tidak merasa bosan karena bisa bergurau, ngobrol dengan pak Lanz atau pegawai yang lain. Dapat makan dan minum pula. Aku pun diajak keliling bandara yang indah itu. Dimana-mana ada toko, juga gambar pesawat dan yang unik ada jam yang menunjukkan waktu diberbagai belahan dunia.

Pukul 23.30 aku pun harus mengucapkan auf Wiedersehen (sampai jumpa) pada pak Lanz dan memasuki pesawat lagi menuju Frankfurt. Beliau mengantarkanku sampai pesawat. Kali ini perjalanan lama sekali, aku gunakan untuk tidur, makan minum dan mendengarkan musik. Aku pun dapat kenalan.

27 Juni 2008 aku mendarat di Frankfurt pukul 06.30. Kulihat kakakku yang mungil itu sudah ada. Aku ditemani oleh Sofia (pegawai bandara Frankfurt). Nah karena di surat penjemputan tertera nama mertua kakakku, tapi yang menjemput Vania, maka Sofia menelepon atasannya dan mereka meminta kakakku menunjukkan surat identitasnya dan menjelaskan ke kantor polisi bandara bahwa penjemput bukan yang tertera di dalam formulir Young Passenger Travelling Alone.

Yang lucu lagi bapak Polisi bertanya berapa umur kakakku, beliau memegang kartu identitas Vania. Beliau terkejut saat kakakku bilang umurnya 25 tahun. Karena memang Vania postur tubuhnya lebih pendek dariku ini. hehehee. Setelah itu kein Problem alias tidak ada masalah dan kami boleh pergi melanjutkan perjalanan.

Di Jerman semua orang harus taat peraturan dan mengikuti prosedur. Beda penjemput saja harus mendatangakan penanggung jawab dan pergi ke kantor polisi bandara! Ada kesan pertamaku saat datang di Frankfurt: bandara itu sangat besar, banyak pintu menuju kemana saja, bersih sekali dan udaranya segar! Kalau di Surabaya turun dari pesawat pasti terkena hawa panas dan asap kendaraan. Jadi ingat Marc batuk-batuk saat pertama kali dia mendarat di Surabaya!

Dari terminal 2E Frankfurt Flughafen kami naik skyline menuju ke stasiun kereta api yang terletak di bawah tanah. Aku dan kakakku menanti kereta selama 1 jam, lumayan juga bisa istirahat dan melihat lalu lalang kereta api cepat ICE (Intercity Express). Hampir setiap 10 menit kereta datang dan pergi. Disitu juga ada kira-kira 6 jalur kereta api dan disetiap jalurnya ada tanda pembatas dimana kami boleh berdiri. Tong sampah dan mesin penjual makanan minuman pun ada. Sampah di Jerman dipisah antara plastik, bahan alami (bio), sampah kering dan kertas. Gelas pun tempat sampahnya berbeda. Untuk merokok pun disediakan zona khusus agar asapnya tidak mengganggu orang lain. Barang siapa sembarangan merokok pasti kena denda.

ICE kami tiba pukul 8.30, aku pun terkejut melihat begitu indahnya kereta cepat itu. Tempat duduknya nyaman, berkarpet dan teratur. Aku awalnya tak percaya saat kakakku bercerita disini tidak ada asongan, yang ada pegawai Deutsche Bahn (perusahaan kereta api Jerman) yang akan datang kepada kita dan bertanya apa kita mau minum kopi atau teh, bahkan ada minuman dan makanan lainnya. Tidak gratis, tapi servisnya itu loh bagus dan sopan. Ternyata pegawai itu datang, dia berseragam rapi. Saat kami bilang "danke" alias terima kasih karena tidak butuh makanan atau minuman, dia pun sopan beranjak pergi. Di kereta itu juga ada Bordbistro alias restoran di dalam KA, jadi kalau mau duduk dengan nyaman seperti di restoran dan dilayani, silahkan pergi kesana. Tapi di angkutan umum lainnya selain ICE, kami tidak boleh makan minum sembarangan, bagi yang mengotori kereta bisa kena denda 20 Euro. Setiap kereta pasti ada kamera pengawasnya.

Oh ya kondekturnya pun berseragam biru rapi dan berdasi. Saat mengontrol tiket, dia memberi salam dan berterima kasih saat dia mengembalikan tiket kepada kami. Selain itu dia punya alat elektronik untuk para penumpang yang tidak sempat beli tiket di stasiun, tinggal bilang saja dari mana stasiun naik dan stasiun yang dituju, langsung bayar pakai uang cash atau kartu kredit tidak masalah. Hati-hati kalau tidak punya tiket jangan naik KA karena dendanya 1 orang 40 Euro!

Tak terasa hanya satu jam saja perjalanan dari bandara Frankfurt ke Köln, kota dimana kakakku menuntut ilmu, dia kuliah lagi jurusan bahasa China dan ekonomi bisnis. Kami tiba di jalur 8 dan harus harus ganti kereta menuju kota Hagen ke jalur 2. Wah baru aku tahu betapa waktu itu sangat berarti! Kalau telat satu menit saja kata kakakku itu berakibat fatal alias kereta sudah berangkat! Alhamdulillah kami masih bisa mendapatkan kereta kami setelah agak berlari. Selama perjalanan kuamati Jerman itu negaranya hijau karena banyak pepohonan yang tumbuh dengan subur. Selain itu banyak sekali bendera dipasang, aku pikir orang Jerman sangat mencintai negaranya, tapi kata kakakku itu karena ada Europameisterschaft atau piala Eropa! Di Jerman tidak seperti di Indonesia di hari-hari nasionalnya mereka tidak memasang bendera.

Kami tiba 45 menit kemudian di Hagen. Di stasiun itu kami dijemput Marc dan Denis, ipar kakakku yang baik dan dia pernah 2 minggu berlibur ke Indonesia bersama kami. Di mobil aku pun tertidur karena capek.

Sampai di Sundern, tempat tinggal Marc dan semua keluarganya, aku memberi salam kepada semua orang. Mama Hannelore, mertua kakakku pun memberiku bunga, boneka dan kartu ucapan selamat datang. Papa Roland pun kaget melihat diriku yang katanya semakin besar. Ya pertemuan kami pertama kalinya adalah di tahun 2006. Aku pun berkenalan untuk pertama kalinya dengan Jack, kakak lelaki Marc.

Sampai dirumah Vania akupun mandi, makan kemudian diajak belanja membeli kebutuhan sehari-hari di pusat kota. Sundern adalah kota kecil, ada 29000 penduduk. Semua orang pun melihatku karena rambut panjangku ku gerai. Bahkan aku pun segera mendapatkan "penggemar". Keluar dari toko aku diserbu 4 gadis muda yang minta berfoto bersamaku, mereka langsung memegang rambutku dan berpose. Mereka bertanya apa aku suatu saat nanti mau memotong rambutku? Aku bilang tidak. Setelah belanja aku pun tidur karena masih kecapaian.

28 Juni 2008 - aku bangun lumayan pagi karena tidak bisa tidur, maka aku habiskan waktuku tuk ber internet ria. Oh ya di Jerman Internet bisa dipakai 24 jam dengan hanya membayar antara 20 sampai 30 Euro per bulannya. Kemudian aku membantu kakakku memasak dan makan bersama dengan mertua kakakku. Rumah mereka berdekatan jadi bisa sering bertemu. Denis juga ikut makan kare ayam buatan kami berdua. Selain itu aku juga belajar in line skate yang dibelikan kakakku walau kekecilan. Vania ingat ukuran kakiku 38, tapi itu saat aku masih duduk di sekolah dasar. Sekarang ukuran kakiku 41. Dan anehnya ukuran kaki Vania paling kecil diantara adik-adiknya, yaitu 36!

Oh ya ada satu hal yang baru bagiku, yaitu walau sudah malam, matahari masih bersinar, karena bulan Juni adalah termasuk Sommer (musim panas), jadi siang lebih panjang daripada malam. Matahari terbenam pada sekitar pukul 9 malam.

29 Juni 2008 kami lewatkan dengan grillen atau barbecque bersama mertua kakaku. Kami buat ayam bakar, enak sekali! Tapi sayang Vania harus segera berangkat karena dia ada undangan arisan ibu-ibu Indonesia di Bonn dan kemudian menetap di Köln karena hari Senin esoknya Vania ada kuliah. Ternyata ada juga acara arisan walau jauh dari tanah air. Kata kakakku ini kesempatan yang baik kalau lagi kangen makanan Indonesia karena tiap Ibu pasti bawa makanan untuk arisan. hehehe. Oh ya di Jerman hari Minggu tidak ada toko yang buka, karena hari Minggu adalah hari keluarga.

30 Juni 2008 aku dan mertua kakakku jalan-jalan berdua ke danau Sorpesee. Kami naik perahu boot menikmati pemandangan yang indah sekali. Setelah itu kami makan es krim yang lezat.

1 Juli 2008 aku akan melakukan perjalanan sendiriku lagi, yaitu dari Hagen ke Köln. Siang pukul 12 aku berangkat bersama Denis naik mobil ke stasiun kereta Hagen. Dia baik sekali saat aku berada di dalam kereta dia mencarikanku kondektur untuk dititipkan, tapi tak disangka pintu ICE segera menutup dan Denis mau tidak mau harus ikut naik kereta. Akhirnya dia turun di Wuppertal, untung pula kondektur tidak memeriksa karcis jadi Denis tidak usah bayar. hehehe

Aku sampai di Köln dijemput oleh kakakku. Kemudian kami pulang ke kamar kost dia, makan siang dan beli minum. Kami segera berangkat ke Kölner Dom, katedral yang indah dan megah yang di bangun pada tahun 1248 sampai 18 Oktober 1880. Vania bercerita kalau Köln itu satu kota yang tidak pernah dikuasai oleh raja, jadi tidak ada istana atau kastil. Karena itu bangsa Preußen (Prusia) mempunya ide untuk membangun sebuah katedral sebagai lambang kota Köln. Pembangunan-nya lama sekali dan akhirnya katedral ini jadi wisata rohani bagi umat katolik di jaman abad pertengahan.

Kami pun menaiki menara Dom yang setinggi 157,31 m tanpa memakai Lift, disitu hanya ada anak tangga sebanyak 509 buah dan kami harus membayar 1 Euro dengan menunjukkan kartu pelajar. Di Jerman kalau menunjukkan kartu pelajar kita akan dapat tarif separoh saat kita pergi ke museum atau ke tempat-tempat tertentu.

Capek sekali saat kami di atas, tapi kami senang bisa melihat lonceng Kölner Dom yang merupakan lonceng terberat di dunia, yaitu 24.000kg dan berdiameter 3,22m yang dibuat pada tahun 1923. Namanya Petersglocke. Selain itu masih ada 7 lonceng yang lainnya. Yang paling mengesankan kami bisa melihat pemandangan kota Köln dari atas. Indah sekali! Ada banyak gereja yang kami bisa lihat dan gedung-gedung modern serta sungai Rhein yang membelah kota itu menjadi dua. Ada juga cerita bahwa dahulu di abad pertengahan orang asli Köln tinggal di sekitar Dom. Kalau pendatang tinggalnya di kanan/ seberang sungai Rhein. Karena itu ada istilah dalam Kölsch (bahasa/ dialekt Köln, arti yang lain adalah bir khas Köln) op de schäl Sick yang artinya daerah yang jelek. Mungkin daerah itu dulu jelek, tapi sekarang sama bagusnya dengan daerah di kiri sungai Rhein. Istilah Immi juga ada dalam Kölsch yang artinya Imitasi, yaitu orang-orang pendatang yang tinggal di Köln.

Ada 2 tokoh khayalan yang terkenal, yaitu Schäl yang tinggal di daerah kanan sungai Rhein, dia seorang Immi yang pandai bicara, pakaiannya necis dan dia juling yang sering beradu pendapat dengan Tünnes, petani jujur namun pintar, lambang penduduk Köln. Teater di Köln banyak menampilkan cerita mereka bedua dan tentunya dalam Kölsch!

Setelah puas bergambar di depan Dom kami pun segera melanjutkan perjalanan ke Heumarkt, yaitu kota lama. Kami menyusuri sungai Rhein yang indah dan banyak kapal pesiar atau kapal feri yang dapat mengangkut penumpang/ wisatawan ke Düsseldorf. Di Heumarkt aku melihat banyak bangunan tua yang masih sangat bagus dan terpelihara. Sebagian besar adalah restaurant dan hotel. Ada juga toko-toko. Semua bangunan saling berdekatan dan ada gang kecil yang memisahkan mereka. Gang itu sangat bersih! Itu yang aku suka!

Dari Heumarkt kami lanjut ke Fischmarkt. Kata Vania dulu tempat itu adalah pasar ikan di abad pertengahan, tempat dimana penjual dan pembeli ikan bertemu. Indah sekali, disitu kami duduk dan mengamati orang-orang yang naik sepeda, berjalan atau duduk diatas rumput menikmati cerahnya cuaca. Sempat juga ke tempat teater Köln dan bergambar dengan patung Wili Millowitsch, tokoh kota Köln.

Setelah itu kami segera pulang, memasak makan malam dan berkenalan dengan Veve serta Sapphira, 2 mahasiswa Indonesia yang tinggal satu asrama dengan kakakku.

2 Juli 2008 kami pergi ke Schokoladenmuseum atau museum coklat. Disitu aku melihat sejarah, penanaman, pembuatan dan semua hal yang berhubungan dengan coklat. Ternyata Indonesia adalah negara penghasil coklat terbanyak di dunia menempati urutan ketiga. Coklat dulunya adalah minuman yang digunakan untuk upacara keagamaan, pernikahan dan minuman bangsawan juga sebagai obat pada suku bangsa Maya dan Aztek. Bahkan biji coklat merupakan mata uang yang hanya dimiliki oleh bangsawan bangsa Maya dan Aztek di masa itu.

Ada juga mesin-mesin besar penghancur coklat, pemproses dan pencetak coklat serta pembungkus. Semua produk nantinya dimasukkan oleh pekerja ke dalam kotak dan kemudian dijual di toko coklat yang ada di museum.

Yang menarik adalah disitu ada mata air coklat. Tentunya itu buatan, dimana coklat kental mengalir dan ada pekerja museum yang mencelupkan wafer ke dalam coklat itu dan membagikan kepada para pengunjung.

Setelah itu kami menuju Universtitätstrasse dengan menaiki U-Bahn (Unterirdische Bahn) atau kereta bawah tanah. Aku dibelikan karcis anak-anak (dibawah usia 14 tahun) dan harus distempel di dalam kereta atau sebelum naik. Tiket harus ditunjukkan saat ada pengontrolan yang dilakukan oleh petugas yang berpakaian santai alias tidak berseragam. Kalau tidak pasti harus bayar 40 Euro.

Kakakku tidak usah membeli karcis karena dia memiliki kartu mahasiswa yang bisa digunakan di Köln dan kota lain yang termasuk tarif VRS (Verkehrsbund Rhein-Sieg), setelah jam 7 malam dengan tiket itu aku bisa ikut naik kereta gratis, karena kartu mahasiswa itu dapat digunakan untuk dua orang, yang lebih menyenangkan lagi semester berikutnya kakaku bisa naik kereta gratis di seluruh provinsi Nordrhein-Westfalen. Aku pun ikut kuliah kakakku Chinesisch Hör-&Sprechübungen yaitu kuliah latihan mendengarkan dan berbicara bahasa China. Kelasnya kecil, hanya ada 13 orang dan semua harus membaca dan mendengarkan bahasa China dengan baik dan benar. Gurunya asli dari China.

Setelah itu kami segera berangkat ke Haus der Geschichte di Bonn naik U-Bahn lamanya 1 jam, kalau naik kereta biasa hanya setengah jam. Dahulunya Bonn adalah ibukota negara Jerman Barat dan banyak terdapat kedutaan negara asing disana, termasuk Indonesia. Sesampainya di Haus der Geschichte kami harus menitipkan barang dan disana tidak boleh memotret. Sangat menarik karena seperti namanya, rumah atau bangunan ini menyuguhkan sejarah Jerman. Dimulai saat setelah perang dunia hingga masa sekarang ini. Vania kakakku yang penakut tidak berani berlama-lama diruangan yang menunjukkan barang-barang dari para pekerja paksa, surat-surat dan barang-barang lainnya. Selain itu diperdengarkan suara pidato dari jaman itu yang menurut Vania menyeramkan. Yang menarik Vania masih bisa bercerita saat aku melihat potongan pesawat terbang. Dahulu di Jerman dikuasai oleh 4 negara yaitu Uni Soviet yang menguasai Jerman Timur dan 3 negara lainnya, yaitu Perancis, Inggris dan Amerika yang menguasai Jerman Barat.. Pesawat itu digunakan sebagai Luftbrücke atau jembatan udara, saat Uni Soviet membendung perbatasan, jadi para penguasa Jerman Barat hanya bisa mengirimkan bahan makanan atau kebutuhan sehari-hari bagi warga Jerman Timur melalui udara mulai 23. Juni 1948 sampai 12. Mai 1949. Di masa itu sangat sulit banyak orang yang kekurangan gizi dan meninggal karena TBC.

Di ruangan yang lain disuguhkan banyak sejarah Jerman seperti kemajuan tehnologi, emansipasi wanita, perbaikan sistem dan hukum negara, pemilihan umum dan banyak lagi. Suatu saat nanti jika aku sudah sepandai kakakku berbahasa Jerman maka aku akan kesana lagi sendirian dan akan kunikmati semua sejarah itu, tanpa harus mengikuti kakakku yang penakut.

Kami sempat juga ke Universität Bonn gedungnya sangat megah dan aku bercita-cita suatu saat nanti bersekolah disana jurusan Medizin (Kedokteran). Doakan ya! Tapi masih harus tunggu 5 tahun lagi dan lulus ujian bahasa Jerman tingkat tinggi. Kami berjalan-jalan di Marktplatz yang besar dan indah dengan Rathaus (balai kota). Aku pun sempat berfoto di depan Beethovenhaus atau Rumah komponis terkenal Beethoven serta gerbang peninggalan Romawi. Angin cukup kencang dan kami segera naik KA pulang ke Köln.

3. Juli 2008 pagi hari kami berangkat ke Thielenbruch mengunjungi mbak Ellis yang asli Malang. Dia sudah 6 tahun menetap di Jerman. Setelah itu kami berangkat ke kampus kakakku kali ini mengikuti kuliah Chinesisch II dan disitu kuamati kakakku bisa menerjemahkan dengan cepat teks berbahasa China ke dalam bahasa Jerman. Kali ini gurunya berasal dari Taiwan. Usai kuliah kami segera pulang ke rumah karena harus siap-siap untuk ke Berlin.

Kami naik Mitfahrgelegenheit atau mobil dengan orang lain yang tidak kami kenal. Kami dapat informasi tentang supir dari Internet dan sekalian harganya. Supir itu bernama Stefan, asli Berlin dan dia sedang ada urusan di Köln. Kami janjian di tempat tertentu dan kemudian berangkat bersama. Saat itu kami berempat dan ada macet selama 2 jam di negara bagian Niedersachsen dikarenakan truk yang terguling. Kami sampai di Berlin jam 3 pagi, menginap di kamar Katharina, sahabat kakakku. Dia orang Jerman yang sangat baik dan pernah praktek mengajar di Universitas Negeri Malang.

4. Juli 2008 pagi hari aku dan kakakku naik angkutan umum ke Alexanderplatz disitu kami mendapati rotes Rathaus alias balaikota merah, Marienkirche dan patung Neptunus. Kemudian kami naik bis menuju Reichstag atau gedung DPR/MPR Jerman yang sangat megah. Jika tidak ada rapat, para wisatawan diperbolehkan masuk melihat-lihat dan naik ke atas kubah dengan cuma-cuma. Tapi harus sabar berdiri di antrian yang panjangnya bisa mencapai 10 Meter. Kami tidak punya banyak waktu, jadi kami putuskan untuk pergi ke Hauptbahnhof (stasiun utama) untuk bertemu sahabat kakakku Hubert, yang kemudian mentraktir kami Busrundfahrt (Tour dengan bus) di Berlin yang saat itu cuaca kurang bersahabat. Kami banyak melihat bangunan-bangunan bersejarah, termasuk tembok Berlin yang pernah memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur mulai tahun 1949 sampai 1961. Ribuan orang melarikan diri dengan berbagai cara dari Jerman Timur ke Jerman Barat demi mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Ada yang tenggelam di sungai Spree saat berenang, ditembak oleh pengawas tembok saat mencoba meloncatinya, bahkan ada yang selamat setelah sembunyi di mesin mobil VW Kodok selama beberapa jam.

Setelah itu kami berhenti di Madame Tussaud, ternyata belum dibuka, masih dalam persiapan. Sayang sekali. Lalu kami lanjutkan ke Brandenburger Tor, rupanya aku kurang beruntung karena gerbang terkenal ciri khas kota Berlin ini ditutup untuk umum. Ya kami lupa, 4 Juli adalah hari Nasional Amerika Serikat dan hari itu diadakan perayaan yang mendatangkan mantan presiden Amerika Serikat George Bush.

Walau kecewa kami melanjutkan perjalanan ke Gedächtniskirche, yaitu gereja yang hanya separoh, karena pada tahun 1943 pada perang dunia kedua kejatuhan bom. Gereja itu tidak dibangun lagi, karena sesuai dengan namanya dijadikan gereja peringatan bahwa perang itu kejam. Di dalamnya terdapat mosaik yang indah dan bagian gereja yang masih tersisa dan gambar gereja yang utuh di masa sebelum pengeboman. Disebelah gereja ini terdapat bangunan gereja baru yang modern yang selesai dibangun pada tahun 1961. Kedua bangunan itu kata Hubert seperti lipstik dan tempat bedak kalau dilihat dari jauh, karena gereja tua itu memang mirip seperti lipstik dan gereja baru seperti tempat bedak.

Kami pun berpisah dengan Hubert setelah membeli karcis untuk perjalanan esoknya dan bergambar di dekat Weltuhr (jam dunia) yang menunjukkan waktu di berbagai belahan dunia. Saat itu kami lihat di Jakarta sudah pukul 11 malam, sedangkan di Jerman masih jam 6 sore.

Sesampainya dirumah kami makan malam dengan Katharina yang vegetarisch (tidak memakan daging) dan aku pun sedikit mengajari dia gerakan dasar tari karena dia tertarik setelah aku bilang aku bisa menari.

5 Juli 2008 pagi harinya kami berangkat ke kedutaan Indonesia di Berlin yang kebetulan mengadakan acara "Tag der öffenen Tür" atau hari pintu terbuka, dimana semua orang bisa mengunjungi semua kedutaan dan menikmati pertunjukan budaya atau makanan minuman khas. Acaranya menarik, kali ini bertemakan Frühstuck atau sarapan pagi. Di beberapa ruangan ditampilkan foto orang-orang makan pagi di warung, juga makanan asli yang dihidangkan diatas meja, seperti bubur ayam, nasi uduk dan nasi goreng. Mungkin bagi orang Jerman agak aneh karena makan pagi dengan nasi.

Selain itu ada tarian dari Jakarta, Jawa Timur, Bali yang ditampilkan oleh anak-anak dan orang dewasa baik dari Indonesia atau orang Jerman. Gamelan pun juga ada 2 grup, campuran pemusik Jerman dan Indonesia. Ada juga band, angklung dan pencak silat.

Kakakku memenangkan hadiah doorprice berupa tas dan dompet batik. Lumayan! Dia juga bertemu kawan semasa SD dan kawan baru yang dikenal di Internet, yang memberikan kami kupon makanan, jadi kami bisa berhemat dalam membeli makanan hehehe

Pukul 3 sore Katharina datang dan kami masih terus menikmati acara hingga pukul 5 sore. Kami pun segera pamitan dan menuju Checkpoint Charlie, tempat kontrol yang netral di perbatasan Berlin Timur dan Berlin Barat dari 1961 sampai 1990. Ada juga Checkpoint Alfa, di sisi wilayah Amerika dan Checkpoint Bravo di sisi wilayah Uni Soviet. Alfa, Bravo dan Charlie adalah cara mengeja alfabet Internasional dalam bidang penerbangan menurut sistem ICAO (International Civil Aviation Organization). Disini banyak pula korban berjatuhan yang semuanya berusaha melarikan diri dari Jerman Timur.

Di Checkpoint Charlie ada juga Mauermuseum atau museum tembok Berlin. Di salah satu bangunan terdapat bendera Kreml yang terakhir. Wisatawan bisa berfoto dengan orang yang memakai baju tentara penjaga Checkpoint Charlie di masa lalu dengan membayar 1 Euro.

Setelah itu kami habiskan waktu dengan makan es dan piknik di rerumputan dan kemudian bertemu Dejan, pacar Katharina. Kami segera mengambil barang-barang dan berangkat ke Luckenwalde, menginap di rumah Hubert. Sesampainya di sana kami sempat ngobrol sebentar dengan Uschi (istri Hubert) dan kemudian tidur.

6 Juli 2008 kami bangun pagi, sarapan dan kemudian bersama Wolfgang menuju Harz Gebirge. Disitu kami melihat termometer terbesar yang masuk Guiness Book of Record juga ada Kuckucksuhr (Jam Kuckuck) terbesar yang setiap 15 menit keluar dari sangkarnya dan berbunyi. Disitu terdapat pula Wetterman und Wetterfrau pasangan laki-laki dan perempuan yang menunjukkan cuaca. Kami juga mengunjungi museum jam Kuckuck yang menarik juga semuanya dikerjakan dengan tangan dan secara detail, tentu saja jam itu pun jadi sangat mahal harganya.

Setelah itu kami pergi ke kota Thale. Disitu kami menaiki kereta gantung, melihat tempat yang konon dulu dipakai oleh para penyihir menari mengelilingi api unggun saat Walpurgisnacht atau malam Walpurgis tiap 1 Mei. Sekarang tetap ada acara itu tapi yang menari adalah manusia biasa yang memakai topeng dan pakaian penyihir. Ada juga patung penyihir dan setan. Kami juga menaiki Bob, kereta kecil di sirkuit berkelok diantara pepohonan yang hijau.

Kemudian kami menaiki kereta gantung lainnya yang menuju ke tempat yang menarik dan taman bermain. Aku pun sempat bermain dan kemudian kami melanjutkan perjalanan pulang. Di mobil kami pun tertidur dan di Sundern kami lanjutkan lagi istirahat, setelah makan bersama.

Senin 7 Juli 2008 kakakku berangkat ke Köln lagi untuk menuntut ilmu dan aku tinggal di Sundern hingga esok harinya.

9 Juli 2008 aku naik kereta sendirian dari Neheim Hüsten ke Hagen. Disana kakakku sudah menjemputku, kami juga bertemu dengan sahabat kakakku Yvone Yi dan Wen Yi yang berasal dari Hongkong. Kemudian aku dan kakakku naik kereta lagi menuju Düsseldorf, ibu kota negara bagian Nordrhein-Westfalen. Kami mengunjungi Schloß Benrath atau istana Benrath yang sunguh indah dengan kebunnya. Aku banyak berfoto dan sangat mengagumi keindahannya.

Kemudian kami naik kereta ke Köln karena kakakku harus kuliah bahasa Mandarin. Setelah kuliah kami menghabiskan waktu di perpustakaan karena kakakku harus mengerjakan rancangan penelitian bertemakan hakim Bao untuk mendaftar beasiswa ke China dan membutuhkan banyak literatur karena harus diuji di depan profesor. Agak membosankan bagiku tapi tak apalah asal kakakku berhasil dalam kuliahnya.

Setelah perpustakaan tutup kami segera menuju ke Thielenbruch ketempat mbak Ellis karena ada titipan barang buat kakakku yang tinggal di Bali, Ivana. Mbak Ellis dan keluarga akan berangkat ke Indonesia pada tanggal 12 Juli 2008 dan akan mengunjungi Bali. Disana kami disuguhi Kartoffelauflauf yaitu makanan khas Jerman, kentang yang dipanggang enak sekali!

Jumat 11 Juli kami dan sahabat kakakku mbak Nancy menghabiskan waktu di Phantasialand. Kami bermain berbagai macam permainan dari yang santai sampai yang membuat kami basah. Walau hujan kami tak berhenti bermain karena harga tiket masuk cukup mahal jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Disitu ada juga replika Brandenburger Tor jadi lumayan bisa foto dengan latar belakang bangunan itu walau yang asli di Berlin hehehe. Setelah puas bermain kami pulang ke Sundern dan kakakku mulai membersihkan rumah, belanja dan memasak nasi kuning serta makanan yang lain untun syukuran ulang tahunnya yang ke-25 esok hari. Sebenarnya dia berulang tahun pada tanggal 13 Juli tapi dirayakan tanggal 12 Juli agar bisa santai.

Hari Sabtu tamu-tamu berdatangan mulai pukul 18.30. Kami makan bersama di halaman depan rumah dan membakar sate. Semua suka dan puncak acaranya adalah suguhan tarian dariku. Aku menari Gading Alit dan Remo Jombang. Semua penonton terkesima dan kemudian mereka bertepuk tangan. Mereka pun penasaran apa arti gerakan itu dan aku pun menjelaskannya. Malam semakin dingin, kami pindah ke dalam rumah. Mendengarkan musik, ngobrol sambil ngemil. Pada pukul 12 malam semua mengucapkan selamat pada kakakku sambil memberikan hadiah. Tamu-tamu pulang pukul 1 malam. Wah kalau di Indonesia pulang jam segitu pasti tidak boleh karena keburu diusir satpam hehehe

13 Juli hari minggu kami makan kue taart di tempat mertua kakakku dan dia mendapatkan berbagai macam hadiah, sebagian hadiah itu aku boleh memilikinya juga. Kemudian aku, kakakku, Marc dan Denis mengunjungi Oma Änna, nenek mereka yang berumur 97 tahun yang belum pikun namun tidak bisa jalan dengan baik setelah operasi kaki, dia tinggal di rumah jompo yang sangat bersih dan ada suster yang menjaga. Kasihan sekali orang tua tinggal tidak dengan anak cucunya malah tinggal di rumah jompo yang dijaga suster. Tapi Oma Änna cukup beruntung karena anak dan cucunya kadang mengunjungi dan beliau bisa tetap memberi wejangan-wejangan yang menurut kami sangat panjang. Setelah itu kami ke stasiun mengantarkan Vania.

14 Juli aku habiskan waktu di Sundern. 15 Juli aku dan papa Roland pergi berbelanja dan jalan-jalan di hutan. Kami melihat rusa dan binatang lainnya. Aku sudah mulai sedih karena harus meninggalkan Jerman yang indah. Sorenya kakakku datang dan membantu packing hingga pukul 4 dini hari.

16 Juli pagi aku berangkat dari Sundern naik mobil diantarkan oleh Jack, Marc dan kakakku. Di Bandara kami bertemu Pak Dharmawan, ayah teman kuliah kakakku yang hari itu juga pulang ke Indonesia. Ada juga mbak Kunang dan Ade yang mengantarkan kakakknya pergi ke Medan. Kami pun check in, tidak masalah dan tibalah perpisahan yang berat itu. Aku kembali dikawal petugas bandara menuju ruang tunggu dan kemudian terbang pada pukul 12.30 ke KLIA. Kakakku pulang dan pukul 14 dia mulai kuliah. Di KLIA aku mendarat pukul 06.30 tanggal 17 Juli dan disambut pak Lanz. Pukul 08.30 aku terbang lagi ke Surabaya dan pukul 9.55 aku sudah bertemu mami Ros lagi dan orang tuaku tercinta, di hari itu pula kakakku menjalani tes Bahasa Mandarin.

Aku sangat bersyukur bisa bertemu kakakku dan keluarga serta teman-temannya di Jerman dan bisa tahu bagaimana kehidupan Jerman. Sangat beda dengan Indonesia. Semua taat peraturan dalam pekerjaan dan lalu lintas (mobil berhenti saat di zebra cross ada orang menyeberang), waktu sangat berharga jadi banyak orang yang bermuka serius dan berjalan cepat-cepat. Satu hal lagi di Jerman banyak tangga, jadi stamina harus kuat naik turun tangga. Banyak nilai postitif yang aku dapat seperti kebersihan, kemandirian, ketepatan dan pemanfaatan waktu dan pengaturan uang. Aku berharap bisa mengunjungi negeri itu lagi, bukan hanya untuk jalan-jalan tapi menuntut ilmu.....Amien.....

PS: Foto-foto lebih lengkap bisa dilihat di

www.friendster.com/pipiapem
www.pipiapem.multiply.com

website tentang Indonesia dalam bahasa Jerman buatan Vania dan Marc Köberlein:
http://indonesia-portal.de

tentang masakan Indonesia:
http://www.rezepte-indonesien.de/